Siapkah Warga DKI Jakarta Memasuki New Normal?

 

Jakarta, 4 Juni 2020. Perilaku keselamatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi pandemi Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan, salah satu syarat yang harus dipenuhi negara sebelum memasuki new normal adalah pelibatan dan partisipasi masyarakat.

Terkait hal ini, LaporCovid19.org berkolaborasi dengan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU), Singapura, melakukan survei sosial untuk mengukur tingkat kesiapan warga DKI Jakarta dalam menghadapi era new normal yang telah diwacanakan pemerintah. Survei ini mengukur tingkat persepsi risiko dan perilaku warga Jakarta yang mencakup enam variabel: persepsi risiko, pengetahuan, informasi, perlindungan diri, modal sosial, dan ekonomi.

Dengan menerapkan metode Quota Sampling dengan variabel penduduk per kelurahan, survei online dilakukan dengan menggunakan Qualtrics yang disebar melalui aplikasi pesan instan (WhatsApp) kepada warga DKI Jakarta. Penyebaran survei dilakukan melalui jaringan Palang Merah Indonesia (PMI), Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, dan beberapa kontak kecamatan di DKI Jakarta. Selain itu, survei juga disebarkan secara acak melalui berbagai kontak jaringan komunitas di DKI Jakarta. Survei dilaksanakan sejak Jumat 29 Mei hingga 2 Juni 2020 dan berhasil mengumpulkan responden valid sebanyak 3.079. Analisa dilakukan dengan menggunakan formula Spearman rho.

Tingkat pendidikan responden banyak termasuk dalam pendidikan lanjut, yaitu lulusan SMA (40,08 persen) dan Sarjana (41,86 persen). Sementara jenis pekerjaan cukup merata di sektor informal dan formal. Proporsi paling besar adalah sebagai mahasiswa (31,89 persen), diikuti bidang swasta (27,46 persen).

Dari sisi risiko Kesehatan terhadap infeksi Covid-19, responden dengan penyakit kormobid tersebar di lima jenis penyakit, yaitu jantung, diabetes, hieprtensi, TBC, dan masalah paru-paru lainnya. Proporsi responden dengan penyakit bawaan jauh lebih rendah dibandingkan responden tanpa penyakit bawaan. Saat ini survei ini masih berlangsung. Namun melihat urgensinya, kami menganalisis data yang masuk, dan untuk sementara hasilnya bisa disampaikan sebagai berikut:

a. Para responden memiliki kecenderungan yang cukup kuat untuk melindungi diri.
b. Meskipun tingkat pengetahuan responden mengenai Covid-19 menunjukkan cukup baik, namun responden masih mereka masih membutuhkan informasi yang pasti, tepat, dan lebih akurat tentang pandemi yang berasal dari sumber informasi yang dipercaya publik.
c. Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memprihatinkan mempengaruhi rendahnya persepsi risiko secara umum.
d. Secara keseluruhan dari aspek sosial ini, warga DKI belum siap memasuki era “new normal” setidaknya sampai tingkat persepsi risiko cukup tinggi (>4.00) sehingga perilaku keselamatan menjadi lebih baik.

Berdasarkan temuan di atas, survei ini menunjukkan bahwa meskipun telah merasa cukup memiliki informasi, pengetahuan, wawasan, modal sosial, serta kecenderungan kuat untuk berhatihati agar tidak terpapar virus corona, namun warga DKI merasa belum siap memasuki era “New Normal.” Karenanya, wacana pemberlakuan tatanan kehidupan baru “New Normal” belum saatnya diberlakukan bagi warga DKI Jakarta.

Baca selengkapnya melalui tautan berikut