JAKARTA 13 Oktober 2020 Hanya 31% responden menyatakan bersedia menerima vaksin Biofarma-Sinovac yang saat ini tengah menjalani uji klinis fase tiga, dan sebanyak 69% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia. Penerimaan responden terhadap vaksin Merah Putih yang tengah dibuat LBM Eijkman-Biofarma sedikit lebih baik, 44 % bersedia dan 56% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima.
Demikian sebagian dari hasil survei yang dilakukan Laporcovid19.org, peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB), yang dipaparkan hari ini secara daring, Selasa (13/10).
Selain melihat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin, survei juga melihat pemahaman dan penerimaan mereka terhadap obat Covid-19 yang diracik oleh Universitas Airlangga, Surabaya. Hasilnya, hanya sebagian kecil responden (15%) yang menyatakan obat buatan Unair dapat menyembuhkan Covid-19. Sebesar 59% responden menyatakan obat buatan Universitas Airlangga (Unair) belum tentu efektif, 36% responden merasa ragu-ragu terhadap keefektifan obat buatan Unair, dan hanya 5% yang menyatakan efektif. Kemudian, sebanyak 70% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia mengonsumsi obat Unair apabila mereka terinfeksi Covid-19.

Survei ini merupakan studi cross-sectional dan menggunakan teknik convenience sampling untuk merekrut responden dengan kriteria berusia 18 tahun ke atas. Pengambilan data dilakukan secara online (mudah, murah, dan aman dilakukan di masa pandemi) menggunakan aplikasi survei Qualtrics pada 22 September – 3 October 2020. Terdapat lebih dari 2.500 pengisi survei. Setelah melakukan pembersihan (data cleaning), ada 2.109 responden (N = 2.109) yang datanya diolah untuk kepentingan studi ini. Data kemudian diolah secara deskriptif dan inferensial (korelasional antar variabel). Survei ini memiliki sejumlah keterbatasan, termasuk dilakukan secara daring sehingga hanya bisa menjangkau mereka yang memiliki akses terhadap internet.
Responden survei menunjukkan pemahaman yang baik mengenai pandemi Covid-19, baik tentang apa itu Covid-19 (misal: demam dan kehilangan penciuman sebagai gejala Covid-19) dan ancamannya bagi kesehatan. Mayoritas responden khawatir dan percaya bahwa pandemi Covid-19 memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Sebagian besar responden (77.9%) mempercayai sumber informasi terkait Covid-19 dari pakar kesehatan/kesehatan masyarakat/epidemiolog. Persentase responden yang mengetahui adanya obat buatan Unair sebesar 54.34%, vaksin Biofarma-Sinovac 67.61%, dan vaksin Merah Putih dari Lembaga Eijkman-Biofarma sebesar 47.8%.

Bangun Kepercayaan

Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia selama hampir delapan bulan. Sejak pertengahan tahun, pemerintah sudah menyiapkan ketersediaan vaksin Covid-19, sebagai satu langkah untuk mengatasi pandemi. Bahkan, pemerintah sudah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Vaksin Covod-19. Selain membangun komitmen dengan perusahaan dari China, Sinovac dengan BUMN Biofarma, pemerintah juga mendorong pembuatan vaksin dalam negeri oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Hampir bersamaan dengan itu, pembuatan obat Covid-19 juga disiapkan oleh tim dari Universitas Airlangga (Unair) yang bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI Angkatan Darat (AD).
Meski informasi tentang proses pembuatan vaksin dan obat Covid-19 tengah berjalan, belum banyak studi yang mengelaborasi pendapat dan keyakinan masyarakat terhadap vaksin dan obat Covid-19 serta dorongan untuk mau menggunakan obat ataupun vaksin Covid-19 yang hingga saat ini masih dalam tahap uji klinis. Sementara, pemerintah telah menyosialisasikan mengenai ketersediaan vaksin di akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.
Survei ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin dan obat-obatan Covid-19 di Indoensia. Berdasarkan temuan survei ini, terlihat bahwa keyakinan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 Sinovac-Biofarma maupun vaksin Merah Putih LBM Eijkman ini masih cukup rendah. Temuan survei ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum meyakini bahwa vaksin yang dijanjikan tersedia di akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 akan menuntaskan penanganan pandemi Covid-19. Agar vaksin ini efektif membangun kekebalan komunitas terhadap Covid-19, vaksin setidaknya harus diberikan kepada 70 persen populasi.
Demikian halnya, tingkat kepercayaan publik terhadap obat-obatan Covid-19 yang dibuat Unair juga sangat rendah. Di sisi lain, masyarakat telah memiliki tingkat pemahaman yang cukup baik terkait Covid-19, langkah pencegahan, termasuk memercayai sumber informasi dari kalangan ilmuwan. Ini menunjukkan adanya gap antara pengetahuan masyarakat dengan kepercayaan terhadap upaya mengatasi pandemi melalui obat dan vaksin.
Penelitian ini merekomendasikan, agar pemerintah mengambil langkah evaluatif terhadap strategi komunikasi dalam penyediaan obat-obatan dan vaksin. Penyediaan obat dan vaksin harus diinformasikan sebagai salah satu dari upaya menyeluruh untuk mengendalikan pandemi ini, yaitu dengan pelaksanaan public health surveillance yang kuat dan konsisten termasuk penerapan tes, lacak, dan isolasi, melalui intervensi sosial dan pembatasan serta penerapan protokol kesehatan (cuci tangan, menjaga jarak, dan masker) yang baik. Pemerintah juga harus melakukan upaya-upaya meningkatkan keyakinan masyarakat berbasis kemantapan ilmiah (scientific robustness).

Kontak:
Dicky Pelupessy (dickypsy@ui.ac.id)
Irma Hidayana (ihidayana@laporcovid19.org)
Eko Teguh Paripurno (paripurno@upnyk.ac.id)

Rilis Versi PDF
Materi Presentasi Versi PDF