SIARAN PERS

Data Warga Diduga Bocor, Data Covid-19 Disembunyikan

Hal 1

Data 279 juta warga Indonesia diduga bocor dan dijual di sebuah forum peretas. Data diduga berasal dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan. Kasus tersebut menunjukkan rentannya perlindungan data warga di Indonesia.

Pada saat yang sama, data kasus dan kematian akibat Covid-19 seolah disembunyikan oleh pemerintah. Selain tidak seragamnya data antara pemerintah daerah dan pusat, informasi publik tersebut juga tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

 

Hal 2

Data yang diduga bocor antara lain berisi nama, alamat, KTP, hingga nomor telepon penduduk. Data pribadi itu bisa disalahgunakan untuk kejahatan. BPJS Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika berjanji menginvestigasi kasus itu.

Sebaliknya, data kasus Covid-19 di Indonesia masih ruwet meski pandemi sudah lebih dari setahun. Selain tidak diperbaharui sepenuhnya, data kematian Covid-19 antara pemerintah daerah dengan pusat juga masih timpang. Janji Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk membenahi data tersebut juga belum terbukti.

 

Hal 3

Tim Relawan LaporCovid19 mencatat, per 19 Mei, angka kematian positif Covid-19 berdasarkan data setiap provinsi mencapai 50.729 jiwa. Dengan catatan, enam provinsi belum memperbaharui datanya. Bahkan, situs Provinsi Papua bermasalah sehingga tidak menampilkan data sama sekali.

Adapun data kematian positif Covid-19 yang dirilis pemerintah pusat sebanyak 48.477 jiwa. Dengan demikian, masih terdapat perbedaan angka kematian antara pusat dan daerah sebesar 2.252 jiwa.

 

Hal 4

Jumlah kasus kematian ini bisa lebih besar jika pemerintah mengikuti pedoman WHO yang memasukkan probable (memiliki gejala Covid-19 tetapi belum sempat menjalani tes) sebagai kasus kematian Covid-19. Tim LaporCovid19 mencatat kasus probable mencapai 10.964 jiwa. Sehingga, total kematian Covid-19 secara nasional baik yang positif maupun probable menjadi 61.693 jiwa.

 

Hal 5

Dari 33 provinsi, terdapat 10 daerah yang memiliki kasus kematian akibat Covid-19 lebih dari 1.000 jiwa. Peringkat teratas dipegang oleh Jawa Tengah sebesar 12.386 jiwa, kemudian Jawa Timur (10.999 jiwa), DKI Jakarta (7.149 jiwa), Jawa Barat (4.032 orang), Kalimantan Timur (1.675 jiwa), Riau (1.264 orang), Banten (1.248 jiwa), DIY, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara berturut-turut sebesar 1.089, 1.075, dan 1.012. Kesepuluh provinsi tersebut mewakili 82% kematian positif Covid-19 di Indonesia.

Jumlah kasus kematian positif COVID-19 per 19 Mei 2021 berdasarkan akumulasi data situs provinsi dan kota/kabupaten

 

Hal 6

Sekali lagi, kasus kematian akibat Covid-19 tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi di lapangan. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), badan penelitian independen dari University of Washington, mencatat, kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 118.796 jiwa. Jauh lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan pemerintah, sekitar 48.000 jiwa. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi ke-17 secara global. Sayangnya, pemerintah belum membenahi sistem pendataan Covid-19. Padahal, data bisa jadi peta bagi pembuat kebijakan dan publik, bukan malah membuat orang buta akan kondisi sebenarnya.

 

 

Referensi

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210520184957-185-644942/kominfo-angkat-suara-279-juta-data-warga-ri-bocor-dan-dijual

https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/05/21/data-pribadi-yang-bocor-diduga-kuat-identik-dengan-data-bpjs-kesehatan/

http://www.healthdata.org/news-release/covid-19-has-caused-69-million-deaths-globally-more-double-what-official-reports-show

 

Siaran pers ini dapat diunduh melalui tautan berikut

2 replies on “Data Warga Diduga Bocor, Data Covid-19 Disembunyikan”