Momentum Perbaikan Data COVID-19 Dan Penelusuran Kematian Berlebih Pasca Gelombang Ketiga Mereda

Situasi pandemi di Indonesia tampak memasuki babak baru dengan makin terkendalinya sejumlah parameter epidemiologis. Sayangnya, masih ada banyak catatan kritis terkait keseriusan pemerintah, terlebih dalam upaya penguatan testing, tracing, dan treatment, serta vaksinasi. Narasi yang berkembang dari situasi saat ini berdampak pada makin abainya masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, khususnya menghindari kerumunan dan memakai masker. Hal tersebut makin diperparah dengan munculnya banyak narasi transisi ke endemi yang mengaburkan persepsi publik terkait krisis kesehatan saat ini.

Ancaman Kematian karena Covid-19 pada Libur Lebaran masih Ada

BandungBergerak.id-Pandemi Covid-19 tidak lama lagi menginjak lebaran ketiga. Meski jumlah kasus hari ini sudah mereda, kewaspadaan masih harus ditingkatkan karena pagebluk belum selesai. Penularan kasus baru masih terjadi, begitu juga potensi kematiannya. Gelombang ketiga Covid-19 tahun ini yang dianggap tidak semencekam gelombang pertama dan kedua tahun lalu, bahkan tetap memicu kasus kematian.

Kasus COVID-19 Mereda, Angka Kematian Masih Tinggi

Hingga 5 April 2022 gelombang ketiga pandemi COVID-19 semakin terlihat mereda berdasarkan tren kasus harian Covid19 selama 30 hari setelah masa puncak gelombang pada 14 Februari – 28 Februari 2022. Sejak gelombang ketiga meningkat pada Januari 2022, kasus Covid-19 telah bertambah 1,76 juta hingga 5 April 2022 dan kasus baru harian nasional terbanyak terjadi pada 16 Februari 2022 sejumlah 64.718 kasus.

Bahaya Terselubung Dibalik Melesatnya Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia

Sebulan terakhir kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat tajam dengan merebaknya varian baru Omicron. Selama periode awal gelombang ketiga (4 Januari-3 Februari 2022),? setidaknya telah terjadi lonjakan lebih dari 150 ribu kasus baru. Jumlah kasus aktif pun kian meningkat hingga 115.275 orang. Sayangnya, nuansa kewaspadaan dan kekhawatiran di tengah masyarakat tidak ikut meningkat.

LaporCovid-19 Kritik Gap Angka Kematian Pusat-Daerah, Selisih 16 Ribu

Berdasarkan akumulasi data per provinsi hingga 31 Desember 2021, jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai 160.476 jiwa. Sedangkan menurut rilis Kemenkes RI/Satgas Covid-19 nasional pada tanggal yang sama, berjumlah 144.094 jiwa. “Dengan demikian, terdapat selisih sekitar 16 ribu kematian yang tidak diumumkan oleh Kemenkes RI/Satgas Covid-19 nasional,” kata Data Analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban, Selasa (4/1)

Peneliti LaporCovid-19 menduga 16.000 kematian Covid-19 tak diumumkan

Tren angka kematian akibat Covid-19 mengalami penurunan signifikan pada November-Desember 2021. Bahkan, pada 17 Desember 2021, jumlah kematian di Pulau Jawa lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya. Padahal, selama ini Jawa menjadi episentrum pandemi Covid-19 dengan jumlah kematian yang sangat banyak.

LaporCovid-19 Pertanyakan Selisih Data Kasus Kematian Pemerintah Pusat dan Daerah

Merdeka.com -Komunitas pemantau penanganan Covid-19, LaporCovid-19, Said Faiz Hibban menyampaikan ada perbedaan selisih 16.000 data kematian berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dengan data Provinsi. Fariz mengatakan, berdasarkan akumulasi data per provinsi hingga 31 Desember 2021, jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai 160.476 jiwa. Sedangkan menurut rilis Kemenkes/Satgas Covid-19 nasional pada tanggal yang sama, jumlah kematian positif Covid-19 adalah 144.094 jiwa.

Data Kematian Covid-19 Indonesia Versi Pemerintah Pusat dan Daerah Selisih 16 Ribu

Suara.com -Tim Koalisi WargaLaporCovid-19mencatat ada selisih angka sebesar 16 ribu kematian akibatCovid-19 di Indonesia yang tidak diumumkan oleh Pemerintah Pusat. LaporCovid-19 membeberkan berdasarkan akumulasi data per provinsi hingga 31 Desember 2021, jumlahkematian Covid-19mencapai 160.476 jiwa, sedangkan pemerintah pusat hanya melaporkan 144.094 jiwa meninggal dunia.

Kesalahan Berulang Pendataan Covid-19 di Indonesia Hingga Penghujung Tahun 2021

Manajemen website penyajian data statistik Covid-19 yang ideal memang tidaklah mudah, sehingga perlu disikapi serius, konsisten, dan selalu terbuka untuk pengembangan yang berkelanjutan. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas website penyajian data statistik dan informasi Covid-19 adalah…….