JURNALISME WARGA

Pendataan Bansos Carut Marut, Hak Rakyat Dirampas

Oleh Ulfatur Rosyidah

“Nak, yang penting awakmu iku teko disek delok en, diadepi bareng-bareng. Ben ibu karo bapak gak bingung. Sing kuoso pasti ngasih dalan keluar. Pikiranmu dikuatno disek, nek keluargane bojomu nemoni awakmu, dijawab opo onoke…..” nasehat Bu Umi pada Denny, anaknya di seberang telepon.

Denny, adalah seorang sopir angkutan umum antar kota. Istrinya divonis covid ketika hendak menjalani proses persalinan melalui operasi caesar. Bayinya selamat, namun istrinya meninggal dunia tidak lama setelah melahirkan.

Saat kejadian, Denny sedang dalam perjalanan menuju ke Surabaya. Dan bu Umi tidak berani menjelaskan panjang lebar mengenai keadaan istri Denny, karena kuatir anaknya sulungnya ini kepikiran sehingga tidak bisa fokus bekerja yang tentu saja itu akan berresiko tinggi.

Salah satu faktor yang membuat anaknya tidak berani menemui keluarga istrinya, karena status pernikahannya yang masih belum disahkan secara hukum negara.

“Anak saya menikah sirih secara agama karena istrinya masih dalam proses perceraian dengan suaminya yang lama. Anak saya juga hanya seorang sopir, bagaimana bisa menanggung biaya caesar sebesar itu, mbak. Sedangkan dia tidak memiliki BPJS ataupun KIS”.

“Anak mantu saya ini langsung stress ketika hasil tes swab menunjukkan bahwa dia positif Covid. Dan lebih stress lagi ketika dokter meminta dia harus melahirkan melalui operasi Caesar karena tensinya selalu tinggi selama di rumah sakit. Gimana nggak tinggi tensinya, wong dia stress terus menerus” papar bu Umi.

“Saya masih ingat WA dari dia setelah hasil tes swab keluar. Mati saya,bu.. mati  saya ini. Hasil swab saya positif Covid. Wes pasti mati aku iki, bu…” kata istri Denny panik setelah menerima hasil SWAB.

“Titip bayi saya ya, bu.. tolong dijaga kalau saya nanti meninggal. Wes kena covid, disuruh Caesar, dapat duit dari mana saya bu? Gak duwe BPJS kok dikongkon Caesar. Piye iki aku? Mati aku iki, bu..” lanjut bu Umi sambil berkaca-kaca mengenang anak menantunya.

Kisah tragis yang dialami istri Denny ini hanyalah salah satu contoh dampak dari buruknya pendataan penerima bantuan sosial dan tidak meratanya pendistribusian bantuan sosial tersebut.

Selain kisah tragis istri Denny, penulis juga mendapatkan temuan adanya buruh yang mendapatkan bantuan subsidi upah meskipun buruh tersebut sudah mendapatkan bantuan sosial berupa sembako. Di lain pihak, tidak sedikit pula buruh yang tidak mendapatkan kedua jenis bantuan sosial tersebut maupun jenis bantuan sosial lainnya.

Persoalan carut marutnya data penerima bansos bukanlah sebatas persoalan tehnis administratif belaka. Persoalan ini juga menyangkut perkara keadilan bagi rakyat. Ada hak rakyat yang dirampas, sebagai akibat dari kesalahan administratif tersebut.