Menteri Muhadjir Akui Ada Masalah Data Covid-19, Tapi Kini Membaik

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir?Effendy mengakui adanya masalah terkait?data Covid-19 antara pusat dan daerah. Menurut Muhadjir, pengumpulan dan integrasi data memang memerlukan waktu. “Mengajari daerah untuk mengumpulkan data dengan baik juga perlu waktu,” kata Muhadjir di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020. Muhadjir mengakui ada daerah yang belum tertib dalam mengumpulkan data. Selain itu, dia mendapati pula ada rumah sakit yang diminta tak menyetorkan data lantaran daerah khawatir dianggap tak berhasil menangani Covid-19. Lapor Covid-19 sebelumnya menemukan sekitar 135 kabupaten dan kota tidak konsisten dalam memperbarui data penanganan wabah. Angka tersebut mencapai 26 persen dari total 506 kabupaten/kota di Tanah Air. Analis data Lapor Covid-19, Said Fariz Hibban mengatakan ratusan daerah itu tidak setiap hari menginformasikan kondisi penularan?Covid-19 kepada publik. Ia menyatakan kekacauan data ini menyulitkan masyarakat karena warga sukar menakar risiko wabah yang terjadi di suatu daerah. “Ketidakkonsistenan menyampaikan informasi justru bisa berisiko pada misinterpretasi wabah yang juga berdampak pada aktivitas publik sehari-hari,” ujar Hibban dikutip dari?koran Tempo?edisi Kamis, 3 Desember 2020.

Epidemiolog: Pemangkasan Cuti Bersama Tidak Perlambat Laju Infeksi

KOMPAS.com ? Wacana pemangkasan cuti bersama pada akhir tahun 2020 yang digulirkan pemerintah dinilai tak akan berdampak signifikan terhadap perlambatan laju infeksi Covid-19. Hal itu diungkapkan oleh epidemiolog kolaborator saintis LaporCOVID Iqbal Elyazar. ?Pertama, karena tetap ada liburan Natal dan Tahun Baru di mana orang masih akan tetap berupaya untuk menambah liburan. Apalagi untuk orang-orang yang bukan PNS (pegawai negeri sipil),? kata Iqbal pada Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Pemerintah Akan Satukan dan Jamin Kerahasiaan Data Vaksinasi Corona

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan akan menyatukan data vaksinasi Covid-19 ke dalam sistem satu data. Pembuatan sistem ini melibatkan PT Telkom dan PT Biofarma. Erick menjamin kerahasiaan data penerima vaksin Corona, baik penerima vaksin bantuan pemerintah maupun vaksin mandiri.

“Karena memang yang namanya data-data pribadi, tidak bisa menjadi domain publik atau milik sebuah perusahaan. Tentu ini kerahasiaannya kita jaga dari awal,” jelas Erick Thohir dalam diskusi daring, Selasa (24/11/2020).

Erick menjelaskan pemerintah terbuka dengan masukan dari masyarakat terkait dengan sistem satu data ini. Ia menegaskan pemerintah juga akan transparan dalam pengelolaan data vaksinasi Corona.

Stop gugurnya pahlawan kesehatan di masa pandemi

Jakarta (ANTARA) – Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November setiap tahunnya, di kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, tidak bisa dinafikan bahwa tenaga kesehatan layak dinobatkan sebagai pahlawan di tengah pandemi. Karena tenaga kesehatanlah yang memberikan pertolongan kepada masyarakat yang tertular COVID-19 agar tidak jatuh sakit lebih berat. Lebih lagi, mencegah korban meninggal dan menolong nyawa banyak orang. Namun sayangnya virus corona?jenis baru yang nama resminya adalah?SARS CoV 2 itu begitu cepat menular dan begitu ganas ketika ilmu pengetahuan tentang virus tersebut masih belum banyak dihimpun oleh para ahli. Alhasil, korban meninggal akibat COVID-19 begitu banyak dan tak terelakkan, juga menimpa para tenaga medis, termasuk dokter dan perawat.

Kurang dari Separuh Masyarakat Mau Menerima Vaksin Covid-19

JAKARTA 13 Oktober 2020 Hanya 31% responden menyatakan bersedia menerima vaksin Biofarma-Sinovac yang saat ini tengah menjalani uji klinis fase tiga, dan sebanyak 69% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia. Penerimaan responden terhadap vaksin Merah Putih yang tengah dibuat LBM Eijkman-Biofarma sedikit lebih baik, 44 % bersedia dan 56% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia menerima.
Demikian sebagian dari hasil survei yang dilakukan Laporcovid19.org, peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB), yang dipaparkan hari ini secara daring, Selasa (13/10).
Selain melihat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin, survei juga melihat pemahaman dan penerimaan mereka terhadap obat Covid-19 yang diracik oleh Universitas Airlangga, Surabaya. Hasilnya, hanya sebagian kecil responden (15%) yang menyatakan obat buatan Unair dapat menyembuhkan Covid-19. Sebesar 59% responden menyatakan obat buatan Universitas Airlangga (Unair) belum tentu efektif, 36% responden merasa ragu-ragu terhadap keefektifan obat buatan Unair, dan hanya 5% yang menyatakan efektif. Kemudian, sebanyak 70% responden menyatakan ragu-ragu hingga tidak bersedia mengonsumsi obat Unair apabila mereka terinfeksi Covid-19.

Survei ini merupakan studi cross-sectional dan menggunakan teknik convenience sampling untuk merekrut responden dengan kriteria berusia 18 tahun ke atas. Pengambilan data dilakukan secara online (mudah, murah, dan aman dilakukan di masa pandemi) menggunakan aplikasi survei Qualtrics pada 22 September – 3 October 2020. Terdapat lebih dari 2.500 pengisi survei. Setelah melakukan pembersihan (data cleaning), ada 2.109 responden (N = 2.109) yang datanya diolah untuk kepentingan studi ini. Data kemudian diolah secara deskriptif dan inferensial (korelasional antar variabel). Survei ini memiliki sejumlah keterbatasan, termasuk dilakukan secara daring sehingga hanya bisa menjangkau mereka yang memiliki akses terhadap internet.
Responden survei menunjukkan pemahaman yang baik mengenai pandemi Covid-19, baik tentang apa itu Covid-19 (misal: demam dan kehilangan penciuman sebagai gejala Covid-19) dan ancamannya bagi kesehatan. Mayoritas responden khawatir dan percaya bahwa pandemi Covid-19 memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Sebagian besar responden (77.9%) mempercayai sumber informasi terkait Covid-19 dari pakar kesehatan/kesehatan masyarakat/epidemiolog. Persentase responden yang mengetahui adanya obat buatan Unair sebesar 54.34%, vaksin Biofarma-Sinovac 67.61%, dan vaksin Merah Putih dari Lembaga Eijkman-Biofarma sebesar 47.8%.

Bangun Kepercayaan

Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia selama hampir delapan bulan. Sejak pertengahan tahun, pemerintah sudah menyiapkan ketersediaan vaksin Covid-19, sebagai satu langkah untuk mengatasi pandemi. Bahkan, pemerintah sudah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Vaksin Covod-19. Selain membangun komitmen dengan perusahaan dari China, Sinovac dengan BUMN Biofarma, pemerintah juga mendorong pembuatan vaksin dalam negeri oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Hampir bersamaan dengan itu, pembuatan obat Covid-19 juga disiapkan oleh tim dari Universitas Airlangga (Unair) yang bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI Angkatan Darat (AD).
Meski informasi tentang proses pembuatan vaksin dan obat Covid-19 tengah berjalan, belum banyak studi yang mengelaborasi pendapat dan keyakinan masyarakat terhadap vaksin dan obat Covid-19 serta dorongan untuk mau menggunakan obat ataupun vaksin Covid-19 yang hingga saat ini masih dalam tahap uji klinis. Sementara, pemerintah telah menyosialisasikan mengenai ketersediaan vaksin di akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.
Survei ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin dan obat-obatan Covid-19 di Indoensia. Berdasarkan temuan survei ini, terlihat bahwa keyakinan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 Sinovac-Biofarma maupun vaksin Merah Putih LBM Eijkman ini masih cukup rendah. Temuan survei ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum meyakini bahwa vaksin yang dijanjikan tersedia di akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 akan menuntaskan penanganan pandemi Covid-19. Agar vaksin ini efektif membangun kekebalan komunitas terhadap Covid-19, vaksin setidaknya harus diberikan kepada 70 persen populasi.
Demikian halnya, tingkat kepercayaan publik terhadap obat-obatan Covid-19 yang dibuat Unair juga sangat rendah. Di sisi lain, masyarakat telah memiliki tingkat pemahaman yang cukup baik terkait Covid-19, langkah pencegahan, termasuk memercayai sumber informasi dari kalangan ilmuwan. Ini menunjukkan adanya gap antara pengetahuan masyarakat dengan kepercayaan terhadap upaya mengatasi pandemi melalui obat dan vaksin.
Penelitian ini merekomendasikan, agar pemerintah mengambil langkah evaluatif terhadap strategi komunikasi dalam penyediaan obat-obatan dan vaksin. Penyediaan obat dan vaksin harus diinformasikan sebagai salah satu dari upaya menyeluruh untuk mengendalikan pandemi ini, yaitu dengan pelaksanaan public health surveillance yang kuat dan konsisten termasuk penerapan tes, lacak, dan isolasi, melalui intervensi sosial dan pembatasan serta penerapan protokol kesehatan (cuci tangan, menjaga jarak, dan masker) yang baik. Pemerintah juga harus melakukan upaya-upaya meningkatkan keyakinan masyarakat berbasis kemantapan ilmiah (scientific robustness).

Kontak:
Dicky Pelupessy (dickypsy@ui.ac.id)
Irma Hidayana (ihidayana@laporcovid19.org)
Eko Teguh Paripurno (paripurno@upnyk.ac.id)

Rilis Versi PDF
Materi Presentasi Versi PDF

 

Bergulir Petisi Desak Terawan Mundur Sebagai Menkes

AKURAT.CO,?Petisi menuntut Terawan Agus Putranto mundur dari sebagai Menteri Kesehatan mencuat. Tuntutan itu digulirkan lantaran Terawan dianggap hilang dari ruang publik saat kasus terkonfirmasi positif Covid-19 kian menanjak.

Petisi itu diinisiasi LSM JALA PRT, Supinah sebagai buruh, Sultan Rivandi selaku Presiden UIN Jakarta 2019, Manik Marganamahendra selaku Mahasiswa Kesehatan Masyarakat & Ketua BEM UI 2019 serta Irma Hidayana sebagai founder LaporCovid19.

Saat dikonfirmasi,?Sultan membenarkan. Menurut dia, tuntutan kepada Terawan itu merupakan respons masyarakat atas kinerja Terawan menangani wabah yang menjalar dengan cepat se antero negeri.

Studi pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap obat, vaksin dan penanganan COVID-19

Salam sehat,

Kami, Laporcovid19.org, peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB) melakukan studi untuk mempelajari pemahaman, dan persepsi masyarakat mengenai obat dan vaksin Covid-19 serta penanganan wabah Covid-19.

Kami ingin mengajak Anda untuk berpartisipasi mengikuti survei ini. Hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk mengisi survei ini hingga tuntas.

Semua informasi yang Anda berikan sepenuhnya bersifat rahasia. Hasil survei ini akan menjadi masukan bagi upaya penanganan wabah Covid-19 dan dialihwujudkan menjadi publikasi ilmiah.

Jika berkenan, silakan mengakses survei di https://s.id/studiVaksin-pandemi

Mewakili tim peneliti, kami sampaikan terima kasih.
Dicky Pelupessy, PhD
Irma Hidayana, PhD
Dr. Eko Teguh Paripurno

Warga DKI Siap PSBB 2.0

SIARAN PERS

Warga DKI Siap PSBB 2.0

 

 

Jakarta, 17 September 2020 – Saat ini DKI Jakarta menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar yang kedua (PSBB 2.0) guna menekan jumlah orang terinfeksi Covid-19. Kebijakan ini diambil paska meningkatnya angka pertambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang mengancam ketersediaan sarana dan layanan Kesehatan di DKI Jakarta.

Data di lapangan menunjukkan bahwa meskipun jumlah tes PCR yang dilakukan di DKI Jakarta sudah meningkat bahkan empat kali lipat lebih besar dari standar WHO, namun pada awal September 2020, angka rasio positif Covid-19 di wilayah DKI Jakarta berkisar antara 10.4-16.5 persen. Padahal standar minimal WHO untuk memperbolehkan pelonggaran wilayah adalah di bawah 5 persen. Artinya laju penyebaran virus korona di wilayah DKI Jakarta masih cukup pesat.

Dalam sebulan terakhir secara kumulatif, jumlah kasus positif di DKI Jakarta per 10 September mencapai 51.287. Jumlah kematian mencapai 1.365 orang yang sudah terkonfirmasi positif, sementara orang meninggal dengan status suspek sebanyak 2.302 dan dengan status probable sebanyak 1.734. Di antara mereka yang meninggal, setidaknya terdapat 24 tenaga kesehatan.

Merespon situasi ini, LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura melakukan survei kondisi psikososial masyarakat DKI Jakarta dalam rangka penerapan PSBB 2.0 ini. Tujuan survei ini adalah untuk mengukur tingkat penerimaan masyarakat DKI Jakarta terhadap pemberlakukan PSBB yang kedua.

Metode dan Hasil

Survei dilakukan secara online dari tanggal 11 September sampai 14 September 2020 dengan metode Quota Sampling berdasarkan variabel penduduk per kelurahan. Penyebaran survei dilakukan menggunakan aplikasi pesan instan (WhatsApp) kepada warga DKI Jakarta melalui komunitas jejaring LaporCovid-19 dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Survei berhasil mendapatkan 82.655 responden yang tersebar secara merata di seluruh wilayah DKI Jakarta. Setelah dilakukan uji validitas, terdapat total 81.734 responden untuk pengolahan data lebih lanjut.

Pengolahan data studi ini menggunakan tiga metode analisa, yaitu statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran demografi responden serta informasi dasar terkait variabel studi; analisa Spearman rho untuk mengukur korelasi antar variabel dan faktor demografi; dan formulasi pengukuran menggunakan metode mapping Covid Mood.

CovidMood adalah metode riset kuantitatif yang digunakan untuk menganalisa perasaan emosional masyarakat dengan menggunakan semantic differential scale.Terdapat dua variable yang diukur, yakni kepuasan publik terhadap kebijakan pemerintah dan kebahagiaan publik terhadap situasi sosio-ekonomis.

Sebanyak 65,38% responden adalah perempuan. Dari segi usia, responden terbanyak berusia 36-45 tahun sebanyak 33,35%, disusul responden yang berusia 46-55 tahun sebanyak 28,64%. Sedangkan dari segi pekerjaan, Ibu Rumah Tangga adalah responden terbanyak (48,02%).

Temuan

Secara keseluruhan, kami menemukan bahwa warga DKI Jakarta semakin sadar terhadap pandemi Covid-19 dibandingkan tiga bulan lalu. Kesadaran ini muncul karena semakin tingginya orang yang dikenap responden yang terkena Covid-19. Pada saat yang bersamaan, kami menemukan sebanyak 24% warga yang mengalami perubahan status pekerjaan selama masa pandemi. Kelompok ini mencakup mereka yang kehilangan pekerjaan sampai sekarang, mereka yang banting setir menjadi wirausaha, dan mereka yang terkena pemotongan gaji. Berkaitan dengan anjuran bekerja di rumah (WFH), kami menemukan hanya 35% yang mampu sepenuhnya melakukan WFH dan 26% yang sebagian pekerjaan bisa dilakukan secara WFH. Sementara itu, ada 20% yang mata pencaharian mengharuskan mereka bekerja di luar rumah, 17% hanya sesekali dapat melakukan WFH, dan 2% yang tidak dibolehkan untuk WFH oleh tempat kerja.

CovidMood

Seluruh data kami kalibrasi pada tingkat kelurahan untuk mendapatkan koordinat dalam peta CovidMood. Hasilnya bisa dilihat di gambar di mana seluruh keluarahan, kecuali Tangki, berada dalam kuadran Optimis (bintang kuning adalah titik tengah dari plot data secara sekeluruhan dengan tingkat variansi sebesar 0,53)

CovidMood Map

Peta CovidMood ini terdiri atas dua sumbu: horisontal menunjukkan suasana emosional yang dirasakan warga berkaitan dengan situasi sosial ekonomi, sedangkan vertikal menunjukkan perasaan warga berkaitan dengan kinerja pemerintah. Koordinat sumbu horisontal diukur melalui 5 pertanyaan, dan koordinat sumbu vertikal juga diukur dengan 5 pertanyaan. Skor dari seluruh pertanyaan ditunjukkan di tabel berikut:

 

 

Tabel skor pertanyaan

 

Hasil survei ini adalah bahwa masyarakat DKI Jakarta berada dalam suasana psikososial yang kondusif untuk mendukung penerapan PSBB. Dan itu artinya warga DKI memiliki tingkat kepatuhan yang baik dan mampu bertahan secara psikososial sekali pun kebijakan PSBB tambah diperketat. Data di atas menunjukkan bahwa dukungan publik terhadap kebijakan pemerintah adalah cukup tinggi di mana skor untuk variable ini mencapai yakni 6.96 (skala 10). Dari semua temuan ini, kami menyimpulkan bahwa penerimaan masyarakat DKI Jakarta terhadap PSBB 2.0 cukup tinggi dan kepercayaan publik terhadap pemerintah DKI kuat.

Silahkan unduh siaran pers ini melalui tautan berikut

Materi presentasi dalam siaran pers dapat diunduh melalui tautan berikut

 

WASPADA KLUSTER PERKANTORAN!

Seiring bertambahnya kasus terkonfirmasi Covid-19, beberapa daerah kembali melakukan evaluasi dan pemberlakukan aturan pembatasan sosial, salah satunya DKI Jakarta.

Ancaman infeksi Covid-19 juga menghantui para pekerja perkantoran dan industri di Indonesia. Sebagai contoh, tercatat ada 166 kluster perkantoran di DKI Jakarta hingga awal Agustus 2020.

Laporan tentang kasus positif Covid-19 di lingkungan kerja makin masif masuk ke Laporcovid19.

Jangan ragu untuk saling mengingatkan dan melaporkan pelanggaran protokol kesehatan di lingkungan kerja.

Yuk saling jaga dan saling mengingatkan! ?
Platform?#LaporCovid?dapat diakses dengan cara menyapa bot melalui:
WhatsApp: wa.me/6281293149546
Telegram: t.me/laporcovid19bot
Website: www.laporcovid19.org

Salam solidaritas!