Vaccines [are said to] Have Been Provided to Regions, But Where Have They Gone?

PRESS RELEASE

Vaccines [are said to] Have Been Provided to Regions, But Where Have They Gone?

On August 24 2021, the Head of the Communication and Public Service Bureau of the Indonesian Ministry of Health, Widyawati, stated that each district/city should still have approximately 25 million vaccine doses. This estimation is based on data indicating that 116.4 million vaccines have already been distributed to regions as of August 24, 2021. Furthermore, the government has 5.8 million COVID-19 vaccine doses on hand, which will be distributed to the regions soon.

On the ground, however, reality has a significantly different look. Vaccination quotas continue to be a source of concern for communities. In case vaccines are available, people struggle to get one. As a result, the vaccination location was overcrowded, and the online registration page frequently failed when online registration opened. The entire vaccination system is a mess.

Source: CNN Indonesia (Palembang, August 25, 2021)

 

Citizens voices:

Registration for the vaccine program is problematic. The health centre where I wanted to get a vaccine announced that registration for the first vaccine dose could be done online using the link provided. The portal would open at 06.00 WIB and would close when the daily limit of 98 people was reached. I tried to open the link at 05.43, and it reads, SORRY YOU CANNOT CONTINUE REGISTRATION BECAUSE THE VACCINE QUOTA HAS BEEN REACHED! At first, I assumed it was because I tried to access the link before it was scheduled to open. Then I tried it again at 06.00 and 06.02, but the same thing happened. ” (North Sumatra, August 24, 2021)

Many vaccines have run out of stock in the area where I live, and many people have to wait a long time to get the vaccine because vaccines aren’t widely available So, by accident, I got information about a vaccination schedule at the local health centre near my house, and it required me to enclose a family card, an ID card, and a domicile letter. Because I am not an ID card holder here, I took care of the domicile letter, but it turned out that acquiring a domicile letter is a long and complex process. (South Kalimantan, August 27, 2021)

Mass vaccinations at the city square, with crowds and ignorance of the social distancing protocols [due to fights over limited vaccines] (East Java, August 28, 2021)

To avoid fraud, LaporCovid-19 urges the central government to be strict in overseeing the distribution of vaccines in the regions. Meanwhile, the local government must improve the vaccine registration system and the implementation of vaccination programmes.

Please report any issues you have with vaccination supplies running out of stock in your area to the LaporCovid-19 chatbot on the Vaccination Service Complaint.

 

 

This press release is available to download by this link

It Is Increasingly Clear and Blatant That Non-Healthcare Workers are Receiving Boosters

PRESS RELEASE

It Is Increasingly Clear and Blatant That Non-Healthcare Workers are Receiving Booster

From a Whatsapp message which was intended as an invitation to a number of people, the Moderna vaccine booster will be given to non-healthcare workers and will be done in a building on Jenderal Sudirman Street, Jakarta.

 

WhatsApp message screenshot.

 

It is also clear that the practice of selling vaccine boosters are being done by a private hospital in West Jakarta.

Mandaya Royal Hospital promotion poster

The provision of boosters to healthcare workers is only 54.30% even though it has been running for two months. There is also still only 18.78% of the elderly who have been fully vaccinated. Vaccinations must be completed for vulnerable groups first. WHO also recommends not giving the third vaccine, so that vaccine equity is achieved.

Source: Ministry of Health (September 14, 2021)

 

If you see vaccinations being provided to non-healthcare workers, please report it to LaporCovid-19 on number 6.

 

 

This press release is available to download by this link

 

Pelaksanaan PON di Papua tidak Mementingkan Aspek Epidemiologis

SIARAN PERS

Pelaksanaan PON di Papua tidak Mementingkan Aspek Epidemiologis

 

 

24 September 2021 Walau di tengah pandemi Covid-19, Pekan Olahraga Nasiona (PON) secara resmi akan tetap dilaksanakan pada 2 Oktober – 15 Oktober 2021 dengan total 44 cabang olahraga, 679 pertandingan yang tersebar di 4 kota dan kabupaten di Provinsi Papua.

Melalui diskusi daring yang dilaksanakan pada 24 September 2021, melibatkan ahli epidemiologi, komunitas medis Papua, LBH Papua dan Lokataru Foundation, LaporCovid-19 melihat bahwa rencana pelaksanaan PON di Papua masih belum memperhatikan keselamatan warga dan aspek epidemiologis.

Di dalam acara diskusi ini, Iqbal Elyazar, kolaborator saintis LaporCovid-19, mengingatkan kembali bahwa transmission events, seperti penyelenggaraan acara besar, menjadi salah satucara penularan Covid-19. Perlu diingat bahwa PON melibatkan jumlah peserta yang cukupbesar, yakni 6.300 atlet, 3.000 offisial, 9.000 pendukung acara. Pemerintah mensyaratkan seluruh pihak yang terlibat dalam PON wajib sudah divaksin dan harus ada pelaksanaanprotokol kesehatan yang ketat saat acara berlangsung.

Iqbal melontarkan beberapa pertanyaan kritis, misalnya apakah vaksinasi yang menjadi syarat tersebut adalah vaksin dosis penuh? Hingga kini, kita belum punya data apakah harus vaksinasi dosis 1 atau harus penuh. Data-data lain yang belum diinformasikan adalah seberapa banyak cakupan vaksinasi Covid-19 lengkap kepada pendukung acara. Seluruh aturan ini rasanya memang too good to be true, ucap Iqbal.

Iqbal mencatat bahwa baru 14% masyarakat di Papua yang sudah menerima dosis vaksin kedua sehingga aturan yang dilontarkan tidak tercerminkan di data dan realita di lapangan. Vaksinasi juga bukan benteng laju penularan atau menjamin infeksi tidak terjadi, sehingga 3T dan 5M tetap menjadi kunci. Terkait dengan positivity rate yang rendah di kota dan kabupaten penyelenggara, Iqbal mengingatkan Kita perlu tahu juga cakupan testing yang dilakukan,
sehingga bisa jadi positivity rate yang rendah ini bisa jadi data yang semu. kata Iqbal di acara diskusi ini.

Yang juga perlu diingat, penyelenggaraan Olimpiade di Tokyo beberapa waktu lalu juga menyebabkan peningkatan kasus pada atlet dan panitia penyelenggara,padahal terdapat penggunakan aplikasi yang mengawasi pergerakan atlet dan ofisial, pembentukan panitia untuk melakukan pengawasan protokol kesehatan yang ketat, serta testing dilakukan setiap hari. Iqbal menyatakan bahwa belum ada tanda-tanda bahwa hal-hal ini diimplementasikan di PON, Tidak ada gerakan vaksinasi massal di tempat penyelenggara. Ini juga membuktikan bahwa pertimbangan non-epidemiologis justru yang dipentingkan, mungkin lebih kepada pertimbangan ekonomi dan politik, katanya. Dokumen-dokumen protokol kesehatan mungkin sudah diberikan, namun Iqbal tidak yakin bahwa ini akan dilakukan secara konsisten dan dengan pengawasan yang ketat.

dr. Yohana, perwakilan dari Komunitas Medis Tanpa Batas, mengatakan bahwa fasilitas kesehatan di venue PON sudah memadai. Ketersediaan oksigen memang sempat mengalamikekurangan, namun sekarang sudah ada. Vaksinasi warga meningkat. Namun, dr. Yohana jugaberharap agar PON tidak menghadirkan gelombang baru Covid-19. Kami ingin agar PONsukses, namun kami berharap agar tidak ada warga yang meninggalkan PR kepada kami,seperti peningkatan kasus.

Dalam diskusi ini, Dr. Hasmi, M.Kes, Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI)Papua, mencatat bahwa 4 kabupaten/kota yang menjadi venue PON masuk kategori zonamerah dengan cakupan vaksin yang rendah. Selain itu, Dr. Hasmi juga mencatat bahwapositivity rate per pekan ini sudah menurun menjadi 1,42 persen, yang mana sebelumnya selaludi atas 15 persen, namun tracing sangat rendah, Masih belum memadai, rasio lacak hanya1:2,47, padahal menurut WHO untuk 1 kasus, perlu dicari 30 kontak erat. Ini masih sangat jauhkata Dr. Hasmi.

Terkait dengan test PCR yang tersedia, Dr. Hasmi, M.Kes mencatat bahwa dari 24 kabupaten yang memiliki kasus Covid-19, hanya 6 (25%) yang memiliki alat PCR, dengan kota Jayapura memiliki alat test PCR terbanyak. Tidak hanya itu, ada juga tantangan lain, yaitu seringkali PCR rusak. Jumlah nakes yang melakukan tracing, vaksinasi juga hanya 51%. Tantangan lainadalah tokoh agama yang menjadi kunci dalam sosialisasi juga sering termakan hoax, ujar Dr.Hasmi.

Saat ini memang ada usaha dari pemerintah terutama dalam pelaksanaan PON, sepertipenambahan posko dari Satgas Covid-19 untuk meningkatkan prokes dan treatment, namun Dr.Hasmi melihat ini bukan hal terpenting mengingat kasus sudah merendah. Hal yang menjadikunci adalah 3T dan edukasi komunikasi risiko kepada masyarakat untuk memitigasi lonjakankasus. Selain itu, sebenarnya kami dari PAEI sudah memberikan rekomendasi kepadapemerintah untuk melakukan health risk assessment sebelum PON, namun assessment itubelum kami terima saat ini.

Emanuel Gobay, Direktur LBH Papua, melihat bahwa penanganan situasi Covid-19 masihburuk, tercermin dari kegiatan vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi di Papua masih buruk,skrining pada pasien tidak optimal. Padahal di lapangan warga yang mau divaksin itu terbagidalam dua kubu, mereka yang bersedia karena pemikiran tertentu, tapi ada juga menolak, ungkap Emanuel. Laporan lain yang didapatkan oleh LBH Papua adalah terkait dengan adanyadugaan pemerasan oleh RS yang mengcovidkan pasien. Warga juga melihat bahwapembatasan aktivitas warga dengan dalil Covid-19 adalah kontraproduktif dengan penyelenggaraan PON yang pasti akan menimbulkan keramaian.

Emanuel melihat bahwa negara masih tidak hadir dalam menjamin hak atas kesehatan warga diPapua, terutama dalam pelaksanaan PON. Arus warga akan banyak saat PON dilaksanakansehingga pasti laju penularan Covid-19 akan kembali meningkat. Tidak ada pula satu panduanyang dibuat baik sebelum, sesaat, dan sesudah kegiatan oleh pemerintah pusat, pemprov, danpemkab daerah pelaksana PON. Ketersediaan RS, SDM nakes juga belum diketahui apakahsudah bisa mampu menampung secara maksimal ketika kasus melonjak akibat PON

Dari beberapa kasus di tempat lain, Emanuel melihat bahwa acara yang menyebabkankeramaian akan menghasilkan banyak pasien Covid-19, seperti acara keagamaan India danOlimpiade Tokyo. Ada kemungkinan pasca PON memberikan dampak meninggalkan bebankepada warga Papua. Emmanuel juga turut bertanya kapasitas negara dalam mengatasi danmenangani dampak buruk terkait PON ini. Kalau pemerintah membiarkan dan gagalmenangani ini, bisa dibilang mereka melakukan genosida. Semestinya libatkan dokter untukmemberi masukan untuk menangani kondisi kesehatan ini.

Selaras dengan Emanuel, Tuva Alita, Peneliti Lokataru Foundation juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan PON adalah kegiatan kontraproduktif terhadap penangan pandemi. Mengapa masih terus menerus memaksakan kegiatan-kegiatan massa yang besar yang sudah terbukti membuat kasus Covid-19 meningkat, apalagi membolehkan penonton masuk, padahal faskes di Papua belum sebaik di pulau Jawa. Tuva menyatakan bahwa pemerintah perlu menunda pelaksanaan PON agar tidak banyak rakyat yang terpapar Covid-19.

 

========================

Tentang LaporCovid19

LaporCovid19 adalah wadah (platform) sesama warga untuk berbagi informasi mengenai angka kejadian terkait COVID-19 di sekitar kita. Pendekatan bottom-up melalui citizen reporting atau crowdsourcing agar setiap warga bisa ikut menyampaikan informasi seputar kasus terkait COVID-19. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi:


Website: www.laporcovid19.org
IG: @laporcovid19
Twitter: @LaporCovid
FB: Koalisi Warga LaporCovid-19

 

Narahubung:

Mas Muhammad Bima Arkana – Relawan LaporCovid-19 (+62 856-2990-829)

 

Siaran pers ini dapat diunduh melalui tautan berikut.

 

 

 

Kota Semarang Ternyata Daerah Tertinggi Kematian Covid-19

Bisnis.com, SEMARANG ? Angka kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Kendati pemerintah telah menyatakan adanya penurunan kasus harian Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir seiring turunnya level PPKM di sejumlah daerah. Tim koalisi warga LaporCovid-19 bahkan menyebut ada sekitar 45 kabupaten/kota di Indonesia yang angka kasus kematiannya lebih dari 1.000 jiwa. Dari 45 kabupaten/kota itu, angka kematian paling tinggi ada di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

LaporCovid-19: Tetap Digelarnya PON XX Papua 2021 Kesampingkan Epidemiologi

LIMAPAGI?? Kolaborator Saintis LaporCovid-19 Dr. Iqbal Elyazar, BSc, MPH menilai Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 tidak mempertimbangkan sisi epidemiologi sehingga tetap dilaksanakan?di tengah pandemi Covid-19.

“Mungkin, ada kepentingan bisnis, politik, ekonomi, dan sebagainya di luar aspek kajian epidemiologi kita,? kata Iqbal dalam diskusi virtual bertajuk ‘Mengukur Urgensi Pelaksanaan PON di Papua’, Jumat, 24 September 202

PeduliLindungi Tak Dibutuhkan Jika 3T Indonesia Kuat

KABAR RAKYAT?– Lahirnya kebijakan baru?pemerintah?untuk mendeteksi pergerakan masyarakat dalam berbagai ruang publik melalui aplikasi?PeduliLindungi yang lahir dari fenomena pandemi Covid-19. Harapan?pemerintah tentunya kehadiran aplikasi PeduliLindungi?diterima baik masyarakat sebagai upaya?pemerintah?mengendalikan pandemi Covid-19. Semoga tidak timbus diskriminasi, mengingat banyak masalah mendasar yang harus diselesaikan.

Kebocoran Data Pribadi Warga Marak, Tim LaporCovid-19 Ungkap Penyebabnya

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM —?Tim Advokasi Laporan Warga?LaporCovid-19, Firdaus Ferdiansyah mencatat kasus?kebocoran?data?pribadi?warga?terkait dengan kepentingan penanganan?Covid-19 ternyata telah terjadi sejak 2020. Kebocoran?data?itu disebabkan oleh adanya?peretasan?maupun lalainya?pemerintah?daerah?dalam menjaga?data?pribadi?milik warganya sendiri.

Bumerang Sertifikat Vaksin Covid-19

Pemberlakuan sertifikat vaksin Covid-19 sebagai syarat masuk pusat belanja melalui aplikasi PeduliLindungi berhasil mendongkrak kesadaran warga untuk mengikuti vaksinasi. Tapi pendekatan yang cenderung bersifat memaksa semacam ini justru bisa menjadi bumerang. Terlebih jika sertifikat vaksin ini akan diperluas sebagai syarat untuk mengakses ruang publik lainnya, seperti layanan publik dan pemberian jamin

Vaksin Covid: Bisakah puluhan juta dosis yang menumpuk bahkan rusak di daerah diatasi tanpa cabut hak warga?

Sebanyak 41 juta dosis vaksin yang sudah didistribusikan ke provinsi, kabupaten dan kota saat ini belum disuntikkan ke masyarakat.

Stok vaksin di sejumlah daerah baru akan habis dalam ratusan hari ke depan. Di Aceh, 1.812 dosis Sinovac bahkan tidak bisa lagi dipakai karena tidak kunjung disuntikkan ke masyarakat.

PeduliLindungi Banyak Masalah, Cuma Sekadar Latah dari Trace Together Singapura

Kini aplikasi PeduliLindungi menjadi aplikasi yang dominan digunakan kala hendak mengakses ruang atau transportasi publik. Ini untuk memastikan orang yang masuk atau menggunakan transportasi publik itu telah mendapat vaksinasi. Namun, belakangan kewajiban penggunaan aplikasi PeduliLindungi ini dinilai diskriminatif. Soalnya, di lapangan masyarakat masih sering menemui kesulitan.