Informasi yang Simpang Siur Terkait Jenis dan Jumlah Bansos yang Diterima KPM

JURNALISME WARGA

Informasi yang Simpang Siur terkait jenis dan jumlah Bansos yang diterima KPM

Oleh Hijrah Lahaling

Siang itu, Jumat (06/08/2021), kami tim pelaksana Aplikasi Sipkumham menuju Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), dengan tujuan mengumpulkan data terkait implementasi penyelenggaraan bansos di masa pandemi Covid-19 se-kab/kota Provinsi Gorontalo. Saya dan 2 orang tim lainnya ditugaskan mengambil data di Dinas Sosial Kabupaten Gorut. Harapan sebelum berangkat, kami dengan mudah bisa mendapatkan data yang dibutuhkan apalagi dibekali dengan surat tugas dari lembaga.

Kami berangkat pukul 07.30 dari Kota Gorontalo, dan tiba di tempat tujuan pukul 09.00 WITA. Kami pun langsung menemui staf di ruang tunggu, sambil menanyakan terkait surat permohonan permintaan data sekaligus audience dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gorut.

Sambil menunggu kabar dari staf yang kami temui itu, saya memerhatikan gerak-geriknya yang sepertinya dia kebingungan mencari surat yang sudah dikirimkan sebelumnya. Keluar masuk ruangan yang juga kami tidak tahu itu ruangan apa. Akhirnya saya bertanya kembali, tentang bagaimana dengan surat kami dan apakah bapak Kadis sudah bisa kami temui? Stafnya menjawab oh iyya ibu, sementara disiapkan dan data apa yang ibu butuhkan? kami tim saling memandang dan senyam-senyum kecil, di dalam hati saya bergumam, pertanda surat kami belum dibaca.

Kami menunggu kurang lebih 1 jam lamanya, waktu kami terbuang percuma, apalagi hari Jum

Lika-Liku Proyek Wastafel di Aceh

JURNALISME WARGA

Lika-Liku Proyek Wastafel di Aceh

oleh Irma Sari

 

Hujan pagi itu, Kamis (9/12/2021), nyaris membuat rencana peringatan Hari Anti Korupsi Internasional di Kota Banda Aceh batal. Hujan membuat jalan basah dan licin. Bahkan, bisa memicu banjir dan menghambat aktivitas warga. Bisa-bisa, tidak ada yang datang ke acara kami. Sebagai panitia, bukan ini yang kami harapkan.

Beruntung, pukul 10.00 hujan mereda. Kami bernapas lega. Peserta mulai berdatangan ke kegiatan kami yang digelar di sebuah kafe. Acara itu diinisiasi oleh Gerak Aceh, sebuah organisasi anti korupsi. Diskusi berjudul

Kisah Pemulung Laut di Kendari yang Bertahan Hidup Tanpa Bantuan

JURNALISME WARGA

Kisah Pemulung Laut di Kendari yang Bertahan Hidup Tanpa Bantuan

Oleh Rijal Yunus

 

KENDARI, KEMITRAAN – Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah perempuan pemulung sampah plastik di laut berupaya sekuat tenaga agar tetap bertahan. Mereka hanya bertopang pada sampah untuk memenuhi kebutuhan harian. Sebab, meski triliunan bantuan disalurkan pemerintah, nama mereka tidak pernah masuk sebagai kelompok penerima.

Sebagai salah seorang peserta jurnalisme warga yang digagas Kemitraan, salah satu isu yang ingin saya angkat adalah timpangnya bantuan untuk masyarakat kecil. Setelah mencari informasi ke sejumlah pihak, saya menemukan adanya kelompok pemulung sampah plastik di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, yang tidak kunjung menerima bantuan.

Setelah menerima informasi ini, saya lalu mengatur jadwal untuk mengunjungi para pemulung laut ini. Mereka adalah pemulung sampah plastik di laut yang menyisir perairan dengan sampan. Mereka mendayung sampan dengan jarak rata-rata lima kilometer setiap hari untuk mengumpulkan sampah.

Pada pekan kedua Desember 2021, saya bertemu dengan Marniati (39). Ibu dua anak ini menetap di RT 11/RW 05, Kelurahan Petoaha, Kecamatan Abeli. Lingkungan ini berada di pesisir Teluk Kendari yang dihuni sebagian besar nelayan maupun mereka yang mencari penghidupaan dan beraktivitas di laut.

Saat tiba di kediamannya, Marniati tengah menyusun berkarung-karung sampah plastik yang telah dikumpulkan. Sampah berbagai jenis tersebut telah dipilah berdasarkan jenis dan ukuran. Plastik kemasan minuman, hingga kemasan oli telah dipisahkan.

Menurut Marniati, harga sampah plastik yang dipilah jauh lebih mahal dibanding tidak dipilah.

Perempuan Pemulung Laut di Kendari Tak Tersentuh Bantuan

JURNALISME WARGA

Perempuan Pemulung Laut di Kendari Tak Tersentuh Bantuan

Oleh Rijal Yunus

 

Sejumlah perempuan pemulung laut di Kendari, Sulawesi Tenggara,tidak menjadi prioritas penerima bantuan yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin. Bahkan, di masa pandemi Covid-19 dua tahun terakhir, mereka tidak mendapat bantuan sama sekali. Kondisi ini menyebabkan kehidupan semakin sulit di tengah permasalahan kesehatan dan berbagai beban rumah tangga.

Moming (65), warga RT 11/RW 05, Kelurahan Petoaha, Kendari, salah seorang pemulung laut menuturkan, dua tahun terakhir, ia dan keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Selama ini, ia hanya mengandalkan penghasilan dari memulung, dan melaut suaminya.

Berulang Didata, Bansos Tak Kunjung Tiba

JURNALISME WARGA

Berulang Didata, Bansos Tak Kunjung Tiba

Oleh Rijal Yunus

Bertahun-tahun didata dan menyerahkan berkas kependudukan, sejumlah pemulung sampah plastik di Teluk Kendari tidak kunjung mendapat bantuan. Hidup mereka bertopang pada sampah, meski beraneka rupa bantuan sosial bernilai triliunan digelontorkan pemerintah. Pandemi Covid-19 membuat kehidupan mereka semakin muram.

Menjelang senja, Minggu (2/1/2022), Marniati (39) baru saja tuntas menyelesaikan pekerjaan di dapur. Secangkir kopi ia sajikan ke depan Juhanis (41) suaminya yang baru seminggu pulang melaut.

Di ruang tamunya anak-anak riuh bermain. Ruang tamu berukuran 4×2 meter itu sangat minimalis, tanpa meja dan kursi. Kumpulan sampah plastik masih tersisa di sudut ruangan. Ibu dua anak ini keluar ke halaman, mengecek sejumlah karung yang disenderkan ke pagar kayu. Karung tersebut berisi plastik beraneka rupa yang dikumpulkan beberapa waktu lalu.